Sabtu, 04 Desember 2010

Tadarus I Meunasah

Selasa 24 Agustus 2010
Alunan suara merdu lantunan Ayat – Ayat suci menggema ke setiap celah Angkasa di terpa angin, Suaranya mendayu mengalahkan gaung jangkrik yang terkadang pilu, setiap dengungan dan lekukan nya menggetarkan jiwa yang mendengarnya, memberi warna untuk setiap hati yang kelam, memberi ketenangan bagi setiap jiwa yang gersang. begitulah suara Abu saat membaca setiap kalam – kalam yang tersurat dalam Qur’an sambil menggeleng – geleng kecil sesekali menghayunkan badan ringan. Aku, Dani, Ijal yang mesih anak hingusan, duduk melinkar mengitari tikar putih yang terhampar menyimak, menunggu giliran. Tak ayal, bukan kepalang, luar biasa merdu setiap suara yang keluar dari mulut abu guman hati ku sambil sesekali melirik kearah abu yang dengan santai, serius melafalkan ayat – ayat Qur’an. Mengapa tidak, tak harus ada pantangan minuman atau makanan suara pria setengah baya ini tetap nyaring dan panjang. Setiap Huruf, tajwid dan irama yang di lantunkan menunjukkan beliou pernah belajar mengaji berbilang tahunan. Hampir setiap ayat – ayat Qur’an melekat di benaknya, buktinya meskipun pandangan nya mulai rabun dan samar tapi jarang ada kesalahan dari setiap huruf dan ayat yang dibacanya. Aku tak tahu pasti bagaimana akhir kehidupannya, tapi bagiku saat ini Marzuki bin Abdullah alias Abu, atau Tgk duki alias tgk gampoeng merupakan sosok salah seorang masyarakat di Negri Serambi Mekkah yang memiliki Ilmu Tuhan yang termasuk dalam dan masih menganut ilmu ketauhidan tinggi, dan itu terbilang langka di era yang makin modern ini karena banyak yang mengetahui tetapi tidak memahami atau tahu, faham , mengerti tapi tidak menekuni dan mengamalinya seperti panutan Abu. Jam di dinding kini berbenturan antara jarum pendek dan panjang bertumbrukan di pusat haluan tepat jam 12 , atau 1 / 2 dari waktu kegelapan malam, waktu bulan dapat bersinar dan bintang berlip lipan di langit Tuhan . suasana makin hening, jika tadi banyak suara perbincangan dari dari samping ataupun luar surao, dekat perapian, unggun kecil yang memberikan calor ke badan membungkam dingin malam. Kini mulai sengap tak karuan. biasanya perbincangan seputaran rutinitas keseharian dari urusan perkebunan, kandang ayam hingga politik yang kadang tampa referensi ataupun rujukan,jika pun ada suara, hanya tinggal satu, dua atau tiga orang yang masih merapatkan tangan dekat perapian dan gumpalan asap yang menyesakkan bak persemedian komunikasi dengan makhluk yang berlainan alam, begitu juga dengan pengeras suara dari desa – desa lain, satu persatu mulai redup diam tak terdengarkan. Mungkin itu factor geografis negri kami di pegunungan dengan cuaca dingin menusuk hingga ketulang belulang dan membungkam setiap kegiatan kami di malam. sambil menurunkan pandangan dari arah jam yang terpampang di depan bagian atas sisi dinding kulirik kearah Dani yang ngos – ngosan sabar menanti giliran, hidungnya mampet, sumbet bak orang pilu menahan kesedihan, muka dan matanya merah tapi bukan marah, si rijal juga demikian, wajah nya pucat pasi, mata merah, rambut berantakan sambil sesekali menghayunkan badan berpegaskan sarung di setengah bagian belakang atas badan dan setengah bagia bawah depan, kedua insan yang baru saja putus hubungan dengan akademik pendidikan ini duduk menyimak dan bersabar menanti giliran menggenggang gagang micropon,mengaji melafalkan Ayat – Ayat Qur’an. Entah gerangan apa yang memberi rangsangan terhadap mereka, hingga akhir - akhir ini sering bergadang mengaji Qur’an di negri dingin menyejukkan, entah daya misterius mana merasuki mereka, meskipun di tengah kenakalan mereka sebagai remaja, hampir setiap malam mereka menyempatkan diri untuk Tadarus sejenak bahkan kadang - kadang sampai berjam - jam. dan apapun gerangannya, selama mereka mau belajar dan mengaji itu merupakan energy positif yang harus di tanamankan serta di kembangkan. Dan bagiku sendiri mengaji Qur’an memiliki banyak keutamaan, mulai dari mengagumi dan mempelajari setiap tartil dan syair yang tersusun indah dan rapi, hingga membaca Qur’an juga merupakan sikap taklu’, tunduk dan ibadah kepada Tuhan yang mampu memberikan ketenangan jiwa, menghilangkan penak dalam pikiran. ya begitulah adanya dengan harapan selalu bermakna positif dan mendapat berkah dari Tuhan.

Lahaula wala kuwwata illa billah……!
Written by

Tidak ada komentar:

Posting Komentar