Sabtu, 04 Desember 2010

WALI ALLAH DAN KEKERAMATAN NYA

Sebenarnya saya sangat tidak mau menulis tentang Wali Allah Benarkah Mereka Ada ? seiring munculnya berbagai macam pertanyaan yang sering saya dengar dari pemuda muslim yang seperti meragukan keberadaan Wali Allah banyak jenis pertanyaan yang berbedada yang dilontarkan namun dari semua pertanyaan itu mewakili keraguan tetang Wali Allah dan Kekeramatannya, Apakah Benar Wali Allah itu memilki Keramat ?, mengapa Kramat itu merupakan hal yang aneh-aneh, hal yang muskil untuk dicerna akal sehat ? sehingga pada puncaknya mereka menilai Kramat yang terjadi pada Wali Allah adalah perbuatan yang dilarang Agama. finah yang lebih kejam lagi bahwa kramat itu merupakan pekerjaan sihir, dan apa bila ada ulama yang mengaku memilki karama meraka dalah nyata seorang ahli sihir buaka Wali Allah dan bukan Ulama.

Jujur saya tidak memiliki kapasitas yang lebih untuk mengkaji namun, saya memilki pemikiran sendiri untuk pertanyaan-pertanyaan diatas

1. SEBAB MUSABAB
bagi sebagian kita, hal-hal yang muskil itu merupakan hal-hal yang Qaib. Perlu diketahui daunia sebenarnya telah terbagi menjadi tiga waktu perjalanan 1. masa keajaiban (masa-masa nabi2), lalu masa satra dan puisi (masa kerajaan-kerajaan) dan sekaran ini adalah masa teknologi (masa ILMU pengetahuan).
hal-hal muskil sangat sering di jumpai pada masa-masa nabi, banyak kisah-kisah yang aneh bila ditafsirkan dengan akal sehat maka hal itu tidak akan terpecah kan dan Ilmu penetahuan pun tidak akan sanggub menjabarkannya. seperti tongkat muasa yang berubah jadi ular, api yan g menjadi dingin saat ingin membakar ibrahim, sulaiman yang mampu mengerti bahasa seluruh binatang. hal-hal luar biasa tersebut hanya ada pada orang-orang pilihan seperti nabi dan rosul, yang disebut lebih lanjut sebagai mukzizat. jadi bagi sebagian muslim berpendapat,
hal-hal luar biasa hanya akan terjadi pada Nabi Atau Rosul. namun setelah masa-masa ke ajaiban hal-hal luar biasa masih saja terjadi pada ulama-ulama Islam, padahal mereka bukan nabi ? pada hal mereka bukan rosul ?
tidak salah jika mukzizat itu hanya diperuntukkan para rasul dan nabi, dasar lain yang menyebabkan timbulnya keraguan terhadap esensi kekeramatan pada ulama atau Wali Allah, juga disebabkan oleh daya fikir yang menyamai atau mencampur adukan atara yang Qaib dan yang bersifat Nyata (Ilmiah, Alamiah) padahal sesuatu yang terjadi atas dasar esensi Qaib tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan konsep Ilmiah dan Alamiah. selain itu kejadian-kejadian luar biasa atau kejadian aneh sering terdapat pada orang-orang yang mendedikasikan dirimereka sebagai Paranormal, Dukun, Ahlimetafisika, Reiki, Dll sehingga makana kramat ditabrakkan dengan Sihir. bagaimana seorang paranormal mampu melihat Alam Qaib, Mampu melihat Jin, Menyembuhkan penyakit medis non medis dengan cara-cara yang jauh dari ilmu kedokteran. ketika para pemuda kita mebalikan mata ke masa-masa dimana para Wali Allah pernah dikisahkan memilki hal-hal yang menyerupai "kehebatan-kehebatan paranormal" maka timbul pemikiran-pemikiran miring, mereka mulai mencerna atas dasar hipotesis yang tidak sengaja tertanam didalam jiwa mereka, dimana sejumlah kecurigaan timbul atas sikap kesamaan yang dilkukan paranormal dan para Ulama dan Wali Allah (nau'zubillah), yaitu para ulama sering menyendiri, melepaskan hal-hal duniawi. mengembara terasing dalam sepi. ha inilah yang di cocokan kepadaparanormal dimana paranormal biasanya untuk mencapai kedikdayaan nya tinkat kehebatannya juga melakukan hal-hal yang bersifat menyendiri, Bertapa, Puasa, bahkan cara atas kesamaan sifat demikianlah yang menjadi DASAR HUJATAn DAN PENOLAKAN kekeramatan Yang dimilki para WAli dan Ullama

2. INILAH PARA WALI WAHAI PEMUDA MUSLIM
Nabi pernah berkata (kurang lebih begini bunyi hadisnya)
"beruntunglah oarang yang sendir, lalu beberapa orang bertanyan kepada nabi,
"siapakah Orang yang sendiri itu ya roosul" Rasul menjawab
" mereka orang-orang yang menyendiri, dan dalam kesendiriannya sibuk dengan zikir
kepada Allah, karena zikir itu bisa mengampuni dosa-dosa mereka dan di
hari kiamat mereka akan datang dengan dosa-dosa yang sedikit
"
Hadis ini diriwayatkan oleh Tarmizi (silahkan di cek kiraseperti itu bunyi hadisnya)

Ulama, atau pun Wali Allah selalu menyendiri dan tujuan mereka untuk menyendiri bukan lahkusus untuk mencari kramat, namun menyendiri untuk menghidar dari dosa, dari hal-hal yang memungkinkan mereka untuk terjebak dalama dosa, dan didalam keasingan tersebut mereka menghiasi lidah dah hatinya hanya dengan zikir, sehingga mereka terjaga akhlak dan imannya. dalam kesendirian mereka selalu sujud, penuh ibadah yang bermanfaat dan mereka iklas melakukannya karena ALLAH (LILLAHITA"ALA), hati mereka telah terpaku, terkunci sehingga tertanam tekat kuat untuk meninggalkan maksiat dan hawa nafsu. dan tidak ada ras menderita pada diri mereka, mereka juga tidak susah atas apa yang mereka miliki, mereka bisa makan jika dirasa cukup, maka cukuplah makanan tersebut. dan keteguhan hati mereka hanya untuk Allah tak jaran para Wali dan ulama dimasa dulu tidak takut pada satu apa pun kecuali takut kepada Allah.

Allah juga berfirman dalam Al'Qur'an (kuran lebih begini bunyinya)
"sesungguhnya Wali-wali Allah Itu, tidak ada kekhawatiran mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati . surat yunus ayat 62

jadi dilam Al-Qur'an Allah juga menyebutkan bahwa Wali Allah itu ada, dan orang yang seperti disebutkan dalam Al-Quran Itu ada seperti ulama-ualam sufi, mereka memilkiki cirai yang digambarkandalam hadis dan firman ALLAH, ada hadis yang lain dimana keberadaan Wali Allah ini nyata adanya

Sabda Rasulullah SAW :
Artinya : Sesungguhnya ada beberapa hamba Allah SWT di mana para Nabi dan syuhada jatuh cinta dan iri kepada mereka (ingin seperti mereka). Para sahabat bertanya : Siapakah mereka itu wahai Rasulullah ? Sebab mudah-mudahan kami ingin pula seperti mereka. Jawab Rasul, “ Mereka itu adalah kaum yang berkasih sayang atas dasar Nur Allah SWT, bukan atas dasar harta dan keturunan. Muka mereka bercahaya dan mereka berada di mimbar-mimbar berdasarkan Nur Allah, mereka tidak takut pada waktu manusia yang lain takut dan mereka tidak bersedih hati pada waktu manusia yang lain bersedih.” (H.R. An Nasai dan Ibnu Hibban).
Firman Allah SWT,

Artinya : Karena sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (al Quran) dan dia melindungi orang-orang yang saleh (Q.S. Al ‘Araf 7 : 196)

Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari :
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT berfirman “Barang siapa yang memusuhi seorang penolong-Ku (wali-Ku), maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Dan apabila hamba-hamba-Ku menghampirkan diri kepada-Ku dengan sesuatu amalan, tanda lebih kasih ia kepada-Ku, daripada hanya sekedar mengamalkan apa-apa yang telah Ku-wajibkan atasnya, kemudian ia terus menerus mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang nawafil (yang baik) hingga Aku mencintainya, maka apabila Aku telah mencintainya, adalah Aku pendengarannya bila ia mendengar dan Akulah penglihatannya bila ia melihat dan Aku kakinya bila ia berjalan, jika ia memohon niscaya Aku perkenankan permohonannya, jika ia meminta perlindungan pastilah Aku lindungi dia.”(H.R. Al Bukhari).


Dari serangkaian hadis dan firman Allah jelas sekali bahwa esistensi Ulama atau Wali Allah itu nyata adanya, jadi Wali Allah itu hanya sujud kepada Allah, ia tidak mengharapkan hal-hal aneh.
Lalu jika ada hal-hal neh yang dimilki para Wali apaka ini salah ?
tentu saja tidak.
Seorang raja yang memilki orang-orang yang setia dan orang tersebut bekerja untuk nya tanpa mengenal lelah dan mereka setia dan sangat patuh pada nya, oaran-orang kepercayaan nya tidak mengharapkan jabatan darinya mereka hanya ingin mencurahkan segenap jiwanya kepada nya . lalau jika sangraja mendengar atau mengetahui salah satu dari orang kepercayaan nya ini diambang hancuran maka raja mana yang tidak menolong mengerhkan tentaranya untuk menolong orang kepercayaanya ini.
Anda saja akan luluh jika ada orang yang baik dan selalu menurut kepada anda pastilah jika ia meminta kepada anda maka tangan sbelah manakah yang berat untuk membantunya (jika anda sangub membantu)
jika manusia memilki esistensi sifat welas asih pada orang yang ia cintai mengapa Allah sang Pencipta dan penanam sifat tersebut kepada kita tidak Boleh melakukan nya ????????????????????????
LALU jika Allah memberikan kelebihan kepada hambanya yang sujud, kepada para hambanya yang soleh,Apa salahnya ? Allah tidak sembarangan menurunkan pertolonganya, dalam sejarah belum ada cerita para Wali Allah memamerkan pemberian dari Allah, secara sengaja (tanpa kepentingan) dan kepentingan tersebut pun digunakan untuk esistensi DAKWAH tidak masalah,
3. Inilah YANG DI MAKSUD KRAMAT WAHAI MUSLIM
Keramat karamah/ keramat merupakn subuah kelebihan yang dianugrakan Allah, kepada orang dianggab telah sujud, taa’at padaNya, orang yang selalu yakin akan ke Esaan’Nya, selalu rindu kepada Nya, dan selalau menegakkan sariaat Allah, hukum Allah, dengan iklas Lillahi ta’ala.
Prof. Dr. Hamka mengatakan, “Tetapi orang-orang yang dianugerahi keistimewaan itu bukanlah terdiri dari manusia luar biasa. Segala orang, pendeknya segala kita, sanggup mencapai derajat waliullah itu, asal dipenuhi syaratnya
Artinya anugrah kelebihan kramat ini tidak sama seperti mu’zizat, mu’zizat hanya ada pada manusia pilihan (Nabi), namun keramat bisa dicapai oleh setiap kita Asalkan sayrat’nya terpenuhi. Dan untuk memenuhi hal ini, maka kita harus iklas dalam mendekatkan diri kepada Allah
Allah berfirman : ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling tak’wa”
Kalimat akrama (paling mulia) diambil dari karama (kaf, raa dan mim), dan dari sini diambil kata keramat, Jadi sangat wajar ALLAH memberikan kelebihan-kelebihan kepada orang yang mulia (karama).
Oleh sebab itu maka orang-orang yang saleh itu tidaklah perlu mempelajari sihir atau ilmu-ilmu ganjil pemagar diri, dan tidak perlu mempercayai tukang-tukang tenung dan ramal, mengetahui nasib. Dia telah beroleh yang lebih dari itu, yaitu anugerah Tuhan, karena dia dekat dengan Tuhan. Dengan jalan mensuci-bersihkan jiwa daripada perangai-perangai yang tercela.” (Hamka ,1984 : 115).
Al Kharraz berkata, “Jika Allah berkehendak mengangkat salah seorang hamba-Nya menjadi wali, maka Dia akan membuka baginya pintu gerbang zikir kepada-Nya. Jika dia telah merasakan manisnya zikir, maka Dia akan membukakan baginya pintu kedekatan.

K
emudian diangkat-Nya dia ke kelompok yang akrab dengan-Nya. Kemudian ditempatkan-Nya dia di atas tahta tauhid. Kemudian diangkat-Nya tabir yang menghalanginya dan dibimbing-Nya dia ke Rumah Kesatuan dan mengungkapkan baginya kecemerlangan dan keagungan Ilahi. Manakala matanya memandang kecemerlangan dan keagungan Ilahi, maka tak ada sesuatu pun dari dirinya yang akan tertinggal. Pada saat itulah si hamba untuk sesaat sama sekali lenyap. Setelah itu dia akan berada di dalam perlindungan Allah, bebas dari pretensi apa pun mengenai dirinyasendiri”(AlQusyayri1994:270).

Al Qusyayri dalam ‘Risalah Sufi’nya mengatakan bahwa kata “Wali“(orang suci) mempunyai dua arti. Yang pertama berasal dari pola fa’il (pelaku) dalam artian pasif. Artinya Allah SWT mengambil alih urusan Insan (yatawalla) Si Wali. SebagaimanaAllah SWT berfirman “... dan Dia mengambil alih urusan (yatawalla) orang-orang Saleh” (Q.S. Al A’raf 7 : 196). Arti yang kedua berasal dari pola fa’il dalam pengertian intensif aktif. Ini berlaku pada orang-orang yang secara aktif melaksanakan ibadat kepada Allah SWT dan mematuhi-Nya sedemikian rupa hingga amal ibadatnya terus menerus bersusulan tanpa diselingi kemaksiatan. Kedua arti ini mesti ada pada seorang wali untuk bisa dianggap sebagai wali sejati (Al Qusyayri 1994 : .265-266).

S
eorang wali bukanlah seorang yang maksum sebagaimana halnya Nabi dan Rasul Allah SWT. Maksum artinya terpelihara dari berbuat dosa besar maupun kecil selama-lamanya. Seorang wali adalah seorang yang Mahfuz, artinya terpelihara dari berbuat dosa besar, tapi tidak terpelihara dari dosa kecil. Kalaupun seorang wali berbuat dosa kecil, maka segera dia akan menyesal dan taubat dengan taubat nashuha dan sadarlah dia akan kelemahan dirinya.

2). Keramat
Adapun dasar hukum adanya kekeramatan para wali didasarkan kepada dalil naqli maupun aqli.
(1). Dalil Aqli
Kalau jaiz (boleh), apabila Allah SWT dapat memberikan mukjizat kepada para Nabi dan Rasul- Nya untuk pembuktian kebenaran mereka sebagai Nabi dan Rasul Allah, maka dapat pulalah bagi Allah memberikan keramat kepada hamba-hamba-Nya yang saleh yang berkualitas sebagai wali- wali Allah. Kekeramatan itu terlihat dan muncul pada masa hidup mereka dan berkelanjutan sampai dengan mereka telah meninggal. Begitulah pendapat para jumhur dan ahlus sunnah dan tidak ada satu mazhab pun dari mazhab yang empat yang mengatakan bahwa tidak ada lagi kekeramatan itu setelah mereka meninggal. Bahkan mereka mengatakan kekeramatan para wali setelah meninggal lebih aula (utama) dari kekeramatan pada waktu mereka masih hidup, karena mereka pada waktu itu suci dari kotoran-kotoran dunia. Disebutkan orang, bahwa yang tidak nampak kekeramatannya setelah ia meninggal, maka kekeramatan-kekeramatan yang dinampakkan pada waktu hidup adalah kekeramatan yang tidak benar atau dusta. Sebagian ahli sufi mengatakan bahwa sesungguhnya Allah mewakilkan beberapa malaikat di makam para wali untuk memenuhi hajat orang yang memintanya dan kadang-kadang wali itu sendiri muncul memenuhi hajat orang yang berkehendak itu (Amin Al Kurdi 1994 : 367).
(2). Dalil Naqli
Sebagian dari dalil naqli dijumpai beberapa kisah-kisah dalam Al Qur’an dan Al Hadis, antara lain,
- Kisah Maryam yang melahirkan Isa tanpa suami.
Firman Allah SWT,
Artinya : “Ia (Jibril) berkata sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak- anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku, dan aku bukan pula seoran pezina.” Jibril berkata, “Demikianlah Tuhanmu berfirman, “Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. (Q.S. Maryam 19:19-22).
- Kisah pemeliharaan Zakaria terhadap Maryam.
Firman Allah SWT,
Artinya : Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan disisinya. Zakaria berkata, “Hai Maryam, darimana kamu memperoleh (makanan) ini ?” Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki- Nya tanpa hisab.” (Q.S. Ali Imran 3 : 37).
Maryam berada di Mihrab itu sendirian dan kunci pintunya dipegang oleh Zakaria sendiri. Anehnya lagi, buah-buahan musim kemarau didapati pada musim penghujan dan sebaliknya (Amin Al Kurdi 1994 : 366 - 367).
- Kisah Ashabul Kahfi. Mereka adalah jama’ah kaum muslimin yang lari dari tentara Rumawi. untuk menyelamatkan keyakinannya dan bertapa di dalam sebuah gua dengan tidak makan dan minum selama 309 tahun.
Firman Allah SWT,

Artinya : Dan mereka tinggal dalam gua mereka 300 tahun dan ditambah 9 tahun (lagi). (Q.S. Al Kahfi 18 : 25).
- Kisah Asif, seorang wazir atau menteri Nabi Sulaiman a.s. mengenai istana Ratu Balqis, yang diangkat dan dipindahkan oleh tentaranya orang-orang halus dari Yaman ke dalam kerajaan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata.

Firman Allah SWT,
Artinya : Berkatalah Sulaiman, “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang- orang yang berserah diri. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin, “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (lagi) dapat dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (Q.S. An Naml 27 : 38 - 40).
Yang dimaksud dengan seseorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab pada ayat di atas adalah wazir Nabi Sulaiman yang bernama Asif. Dengan kekeramatannya dapat memindahkan istana Balqis dari negeri Saba’ ke Kerajaan Sulaiman dalam sekejap mata. Jarak antara istana Balqis dengan istana Sulaiman adalah dua bulan perjalanan. Pemindahan istana tersebut dalam sekejap mata dilaksanakan oleh para malaikat dengan izin Allah yang berasal dari kudrat dan iradat-Nya sendiri.

S
ungguh amat banyak sekali kalau kita mau menceritakan tentang keramat-keramat para wali pada zaman dahulu yang tertera di dalam Al Quranul karim ataupun Sunnah Rasul.

Adapun keramat-keramat para wali setelah itu tidak kurang banyaknya yang diceritakan pada buku-buku tasawuf, antara lain umpamanya kekeramatan :
- Rabi’atul Adawiyah yang mendapatkan beberapa uang emas di bawah tikar shalatnya, memasak nasi tanpa memakai api dan sebagainya ;
- Ibrahim Khurasani yang pada suatu hari sedang berwudhu medapati dengan tiba-tiba embernya tiba-tiba berubah menjadi permata, siwak giginya menjadi perak dan ujungnya lembut bagaikan benang sutra ;
- Sufi Saramqani mendapati roti dengan ayam panggang serta manisan gula di tempat shalatnya sedang langgarnya terkunci rapat ;

jadi jika kita tidak percaya bahwa kramat itu ada pada Wali Allah maka kita tik percaya atas kisah kramat para Wali maka kita sama dengan mendustakan Wali Allah Jika kita mendustakan Wali Allah maka sama dengankita mendustakan Ucapan Nabi yang menyatakan adanya Wali Allah Jika sudah mendusatakan Ucapan nabi maka secara tidak langsung kita Mendustakan Firman Allah , maka secara tidak langsung kiat mendustai Allah (nau'zubillah himinzalik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar